1. Pengertian Empowerment
Empowerment adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat
“people centered, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
Shardlow (1998), pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok
ataupunkomunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentukmasa depan sesuai dengan keinginan mereka.Empowerment adalah
sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai
sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma
baru pembangunan yang bersifat “people centered, participatory,
empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
Menurut Chamber (Edi Suharto,
2005), pemberdayaan sebagai paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat
“peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable”. Konsep ini lebih
luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau
menyediakanmekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety
net), tetapi juga keberlanjutan pembangunan dalam masyarakat.
2.
Kunci Efektif empowerment dalam
manajemen
Konsep
pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise
mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya
model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan
yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya
alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi,
persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya
dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan
pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya
Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek
sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu
suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi
dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila
ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi
maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga
terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
Soetrisno (1995:139)
mengemukakan bahwa paradigma pemberdayaan (empowerment) ingin mengubah kondisi
tersebut dengan cara memberi kesempatan pada kelompok orang miskin untuk
merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang juga mereka
pilih sendiri. Kelompok orang miskin ini juga diberi kesempatan untuk mengelola
dana pembangunan, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain.
Kemudian timbul pertanyaan, apa perbedaan antara model pembangunan partisipatif
dengan model pemberdayaan rakyat (empowerment). Perbedaannya terlihat bahwa
dalam model pemberdayaan, rakyat miskin tidak hanya aktif berpartisipasi dalam
proses pemilihan program, perencanaan, dan pelaksanaannya tetapi mereka juga
menguasai dana pelaksanaan program itu. Sementara dalam model pembangunan yang
partisipatif keterlibatan rakyat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada
pemilikan, perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pemerintah tetap menguasai
dana guna mendukung pelaksanaan program tersebut.
3.
Pengertian Stress
Terdapat beberapa
pengertian tentang stress yang dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang
keilmuan. Levi (1991) mendefinisikan stress sebagai berikut:
Dalam bahasa tekhnik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-bagian tubuh.
Dalam bahasa tekhnik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-bagian tubuh.
Dalam bahasa biologi dan
kedokteran. Stress dapat diartikan proses tubuh untuk beradaptasi terhadap
pengaruh luar dan perubahan lingkungan terhadap tubuh.
Secara umum. Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
Secara umum. Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
4.
Sumber Stress
Semakin berkembang
dan majunya teknologi, tuntutan untuk menjadi yang lebih baik membuat persaingan
dalam dunia makin pesat dan makin ketat, sehingga menuntut kinerja yang
lebih maksimal, stres dapat disebabkan oleh :
Sumber stres dari
organisasi (seperti tuntutan-tuntutan, dan tanggungjawab yang besar), struktur
organisasi, hubungan dalam organisasi, keberadaan organisasi, dan hubungan
organisasi dengan pihak luar.
1. Sumber stres dari kehidupan,
seperti kehilangan pasangan hidup.
2. Kondisi pekerjaan, seperti
kondisi lingkungan, baik lingkungan maupun lingkungan kehidupan, overload,deprivational
stress, pekerjaan berisiko tinggi dan iklim.
3. Ambiguitas dalam berperan dan
faktor interpersonal.
4. Perkembangan karir.
5. Cita-cita, dan ambisi.
6. Kurangnya kontrol yang dirasakan.
7.
Diri individu, seperti usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian.
5. Pendekatan Stress
1.
Pendekatan individu
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
a. Teknik manajemen waktu
b. Meningkatkan latihan fisik
c. Pelatihan pengenduran (relaksasi)
d. Perluasan jaringan dukungan sosial
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
a. Teknik manajemen waktu
b. Meningkatkan latihan fisik
c. Pelatihan pengenduran (relaksasi)
d. Perluasan jaringan dukungan sosial
2.
Pendekatan Perusahaan
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:
a. Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
b. Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
c. Perancangan ulang pekerjaan
d. Peningkatan keterlibatan kerja
e. Perbaikan komunikasi organisasi
f. Penegakkan program kesejahteraan korporasi (Robbins, 2002: 311-312)
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:
a. Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
b. Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
c. Perancangan ulang pekerjaan
d. Peningkatan keterlibatan kerja
e. Perbaikan komunikasi organisasi
f. Penegakkan program kesejahteraan korporasi (Robbins, 2002: 311-312)
6. Definisi konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau
kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga
salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
7. Jenis-jenis Konflik
Handoko (1997) membedakan ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu; (1) konflik dalam diri individu, (2) konflik antar individu dalam organisasi, (3) konflik antar individu dan kelompok, (4) konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, dan (5) konflik antar organisasi. Hunt and Metcalf (1996: 97) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu intrapersonal conflict (konflik intrapersonal) dan interpersonal conflict (konflik interpersonal). Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai budaya masyarakat, atau keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik intrapersonal ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat 14menggangu bagi kesehatan psikologis atau kesehatan mental (mental hygiene) individu yang bersangkutan. Sedangkan konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok (intragroup conflict) maupun antar kelompok (intergroup conflict). Dalam penelitian ini titik fokusnya adalah pada konflik sosial remaja, dan bukan konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict).
Handoko (1997) membedakan ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu; (1) konflik dalam diri individu, (2) konflik antar individu dalam organisasi, (3) konflik antar individu dan kelompok, (4) konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, dan (5) konflik antar organisasi. Hunt and Metcalf (1996: 97) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu intrapersonal conflict (konflik intrapersonal) dan interpersonal conflict (konflik interpersonal). Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai budaya masyarakat, atau keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik intrapersonal ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat 14menggangu bagi kesehatan psikologis atau kesehatan mental (mental hygiene) individu yang bersangkutan. Sedangkan konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok (intragroup conflict) maupun antar kelompok (intergroup conflict). Dalam penelitian ini titik fokusnya adalah pada konflik sosial remaja, dan bukan konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict).
8. Proses konflik
1.
Penyebab
konflik
·
Beda
tujuan
·
Kompetisi
antar sumber yang tidak terbatas
·
Tugas
saling tergantung
·
Sistem
imbalan yang tidak layak
·
Perilaku
yang tidak manusiawi
·
Perbedaan
suku, agama, ideologi, dsb Fase Laten
·
Penyebab
konflik telah ada
·
Belum
terjadi kejadian pemicu
·
Konflik
belum jelas karena belum diekspresikan
2.
Fase
Pemicu
·
Terjadi
sesuatu yang memicu konflik
·
Sadar
terjadinya konflik
·
Diferensiasi
·
Konflik
terbuka
·
Dialog
tidak berhasil
3.
Fase
eskalasi
·
Interaksi
konflik memanas
·
Mulai
menggunakan kekuasaan
·
Memperbesar
kekuasaan, mencari teman, terjadi spiral konflik
4.
Fase
Krisis
·
Peraturan
tidak dihormati
·
Semua
kekuasaan digunakan untuk mengalahkan lawan
·
Terjadi
agresi
·
Menyelamatkan
muka
5.
Fase
Resolusi Konflik
·
Kehabisan
energi, berhenti, dan tidak memulainya lagi
·
Menyelamatkan
muka
·
Terjadi
solusi
6.
Fase
pascakonflik
· Hubungan
pihak yang berkonflik bisa kembali harmonis atau tidak harmonis.
Sumber :
http://fnibrass.blogspot.com/2014/01/empowerment-stres-dan-konflik-definisi.html
http://alinelizabeth2.blogspot.com/2014/11/empowerment-stress-dan-konflik.html
http://iswandiari.blogspot.com/2014/11/empowerment-stress-dan-konflik.html
http://iswandiari.blogspot.com/2014/11/empowerment-stress-dan-konflik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar